Selasa, 26 Maret 2013

Dear Kamu.


Hidup. Hanya 5 huruf tapi artinya selamanya. Katanya hidup itu bergantung pada orang lain, tapi kataku hidup itu intinya pada diri sendiri. Katanya hidup itu punya rasa berbagai rupa, tapi kataku hidup itu hanya punya satu rasa, pahit. Mengapa? Mengapa pahit? Karena fitrahnya, manusia selalu lebih merasakan kesulitan daripada kemudahannya pada apapun. Juga, manusia selalu lebih banyak mengeluh daripada bersyukur. Tapi, tanpa rasa pahit itu juga, manusia tidak akan pernah merasakan manis. Tanpa masalah tidak ada namanya bahagia.
Hidup tidak seindah film dan drama. Yang sehabis saling buka hati, sama sama saling menerima. Yang sehabis menyatakan sesuatu, perasaan jadi lega. Yang sehabis berderai air mata lalu berganti menjadi kebahagiaan tanpa akhir.
Yang walaupun berpisah, nantinya akan bertemu kembali.
Hidup tidak semanis novel romantis, yang disetiap kesahnya selalu ada genggaman penenang dan pelukan hangat yang setia mengiringi.
Hidup seperti lubang kecil dikain putih. Yang kalau tidak cermat, akan terlewati. Tidak akan tampak. Hidup seperti tembok bata, yang tampak kokoh tapi pasti terkikis juga. Seperti hati, yang walau terkikis, kenangannya akan terpatri.
Hati itu perantara. Perantara antara cinta dan hidup. Tiada cinta kalau tidak ada hidup. Tidak hidup kalau tidak ada cinta. Tidak ada cinta tanpa hidup. Dan tidak ada hidup tanpa cinta.

"Ini tulisan gue? Kenapa semiris ini sih kayanya hidup gue?"
Termenung. Habis melontarkan kata seperti itu terlalu banyak yang berkecamuk dikepala.
Zzzrt
1 message
"Sya, hidup lo punya corak unik kalo dituangin kenovel. Toh daridulu lo udah menang kejuaraan nulis kan. Jangan lupa ucapan thanks to nya nyantumin gue ya"
Gue hanya tersenyum membaca message dari temenbaik gue...

Gue...gue langsung berpikir sehabis pulang tadi. Apa gue ngelakuin hal yang bener? Gue. Seorang cewe. Menghampiri lu duluan. Mengumpulkan keberanian setengah mati. Hanya untuk mengulurkan tangan.
Dear kawan, terutama kamu
Wanita itu fitrahnya pasif. Menunggu untuk kamu yang bertindak duluan. Tapi kalau kamu ternyata lebih pasif lagi? Apa yang baiknya aku lakuin?
Pernah ga kamu terpikir buat mengulurkan tangan langsung didepan aku kaya tadi siang? Tanpa perantara apapun. Seperti pesan teknologi.
Engga ko. Aku gaakan jawab pertanyaan aku sendiri. Biar aja hati kamu yang jawab.
Kamu takut karena aku diemin kamu?
Aku bukan diemin kamu. Aku menunggu. Menunggu kamu yang memulai. Padahal aku kamu sama sama tau, aku bisa memulai duluan. Tapi. Sekuat kuatnya aku, sesering seringnya aku terluka, bukan berarti aku kebal. Mungkin kebal dari jatuh. Tapi engga dari sakit. Dari luka. Aku masih cewe, yang fitrahnya pasif. Menunggu. Tapi aku gapernah dapetin hasil dari aku menunggu itu. Dari kamu. Yang sudah menapaki disudut hati sebagai sahabat.
Untuk sejenak aku menyalahi diri sendiri. Mungkin kata lainnya menyesal? Buat tindakan tadi siang. Yang setelah aku kaya gitu, aku gadapet respon yang sebanding dari pengorbanan yang dibutuhin. Omongan aku yang tadi kebukti kan?
Tapi itu hasrat aja buat ngebenci kamu. Bukan dari hati. Yang dari hati.....
Kalo aku gaakan pernah nyesel ngulurin tangan duluan kekamu. Karena untuk ngubah persahabatan aku bakal ngelakuin apapun.
Yang walaupun kamu nganggep aku angin lewat sebagai penyejuk hati sehabis itu ditinggalkan. Yang walaupun posisi aku selalu memberi. Yang walaupun kamu gapernah inget aku sebagai suatu hal. Yang walaupun kamu gapernah kangen aku? Aku ngelakuin semua hal tadi dengan sebaliknya...dan gaakan pernah nyesel sampe kapanpun.
Mungkin karena sebentar lagi kita bakal berpisah. Aku cuma mau ngasih tau aja. Kalo ini pesen terakhir aku. Eh, kesan. Unek unek mungkin? ;)
Makasih udah jadi pelangi hidup aku. Udah mau nyempetin ngisi hidup aku.
Kalau nanti kita ga ketemu lagi, gaada kok yang namanya mantan sahabat.

Semoga kamu baca. Terlalu berat buat nyurahin semua ini lewat verbal. Sekali lagi makasih;)

Buat kamu. Yang bisa meruntuhkan pertahanan aku sebagai wanita kuat, tapi dihadapan kamu menjadi begitu lemah.

Dari aku. Yang terbuka tapi terpenjara. Karena aku sendiri belum bisa ngerti apa maunya hati aku. Dan yang ngerti aku itu kamu, tapi aku masih belum mau tau tentang kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar